Oleh: Wahyu Ilman Patria
Situs masa Kerajaan Majapahit -yang oleh sebagian besar Arkeolog dipercaya sebagai bekas ibukota- adalah Trowulan yang sekarang terletak di wilayah Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Penelitian yang pertama kali terhadap situs ini dilakukan oleh Wardenaar atas perintah Gubernur Raffles pada 1815 untuk mengamati tinggalan arkeologi di daerah Mojokerto. Dalam laporannya, Wardenaar selalu menyebutkan, “in het bosch van Majapahit...” untuk tinggalan budaya yang ditemukan di Mojokerto, khususnya Trowulan. Ada tiga sumber yang dapat memberikan keterangan mengenai ibukota ini, yaitu data arkeologi, sumber berita Cina, dan kitab Nāgarakrtāgama. (Rahardjo, 2011:132).
Banyak usaha telah dilakukan untuk mendapatkan gambaran seperti apa sebenarnya bentuk dan isi ibukota Kerajaan Majapahit. Situs Trowulan benar-benar berada dalam “kepungan” peneliti. Diantara peneliti-peneliti tersebut muncul nama-nama seperti Henry Maclain Pont (1926) yang berhasil membuat denah ibukota Kerajaan Majapahit, dan T.G.Th Pigeaud (1962) yang melakukan penelitian di Trowulan berdasarkan naskah Nāgarakrtāgama yang berhasil diterjemahkannya. Berbagai kegiatan penelitian arkeologi di Trowulan terus dilakukan, baik secara perorangan maupun secara institusional. (Riyanto, 2011)
Hasil penelitian arkeologi di situs Trowulan menghasilkan temuan-temuan penting yang dapat dikategorikan kedalam tabel berikut (Miksic, 1996 dalam Rahardjo, 2011:132):
No.
|
Temuan
|
1.
|
Pintu Gerbang
·
Tanpa atap: Gapura Wringin
Lawang.
·
Dengan atap: Gapura Bajang
Ratu.
|
2.
|
Bangunan Keairan
·
Kolam: Segaran, Balong
Bunder, Balong Dowo
·
Kanal-kanal.
|
3.
|
Bangunan Keagamaan
·
Candi tanpa banguan air: Candi
Gentong, Brahu, Minak Jingga, Sitinggil.
·
Candi dengan banguan air:
Candi Tikus, Situs Pakis.
|
4.
|
Bangunan Pemukiman
·
Perkiraan Istana: Situs
Kedaton.
·
Perumahan biasa: Rumah lantai
segi delapan (Situs Sentonorejo).
·
Hunian Padat: sekitar situs
Segaran, situs Nglinguk.
·
Bangunan umum (?): Situs
Umpak.
·
Pusat Kerajinan: Emas (situs
Kemasan), perunggu (situs Pakis).
|
5.
|
Bangunan Makam
·
Tralaya (Makam Islam)
·
Makam Puteri Cempa
|
Selain informasi penelitian dalam tabel diatas, juga didapat informasi dari survei pada tahun 1991 dan 1992. Berdasarkan survei tersebut dapat dikemukakan gambaran awal bahwa luas seluruh situs ialah 99 kilometer persegi, dengan orientasi utara-selatan sepanjang 11 kilometer, dan timur-barat sepanjang 9,9 kilometer. Selain itu survei tersebut menghasilkan data berupa pola pemukiman yang menunjukkan bentuk yang tidak rapat, melainkan merupakan pemusatan sejumlah pemukiman yang satu sama lain dipisahkan oleh pekarangan-pekarangan (Miksic, 1992, dalam Rahardjo, 2011:132)
Pada tahun 2008 diadakan penelitian terhadap situs arkeologi Trowulan oleh Setyawan (2008), Mahasiswa Teknik Geomatika ITS bekerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Digital Elevation Model (DEM). Sistem Informasi Geografis memudahkan dalam mengakses, menyimpan, melakukan editing dan updating data mengenai situs-situs Kerajaan Majapahit. Dari DEM yang dihasilkan, dapat diketahui bahwa sebagian besar situs-situs Majapahit di Trowulan berada pada daerah yang relatif datar, yaitu dengan ketinggian antara 25 sampai 65 meter, kecuali situs Tugu Umpak Jabung. Pada daerah Tugu Umpak Jabung ketinnggiannya mencapai 184 meter. Hal ini dapat dilihat dari DEM pada situs Tugu Umpak Jabung yang memiliki topografi berbukit. (Setyawan dkk, 2008:37)
Melalui pengamatan foto udara inframerah, ternyata di Situs Trowulan dan sekitarnya terlihat adanya jalur-jalur yang berpotongan tegak lurus dengan orientasi utara-selatan dan timur-barat. Jalur-jalur yang membujur timur-barat terdiri atas 8 jalur, sedangkan jalur-jalur yang melintang utara-selatan terdiri atas 6 jalur. Selain jalur-jalur yang bersilangan tegak lurus, ditemukan pula dua jalur yang agak menyerong. Berdasarkan uji lapangan pada jalur-jalur dari foto udara, ternyata jalur-jalur tersebut adalah kanal-kanal dan sebagian masih ditemukan tembok penguat tepi kanal dari susunan bata.
Gambar 1.1: Peta Situs Trowulan
Lebar kanal-kanal itu berkisar antara 35 hingga 45 meter. Kanal yang terpendek panjangnya 146 meter, yaitu jalur yang melintang utara-selatan yang terletak di daerah Pesantren, sedangkan kanal yang terpanjang adalah kanal yang berhulu di sebelah timur di daerah Candi Tikus dan berakhir di Kali Gunting (di Dukuh Pandean) di daerah baratnya. Kanal ini panjangnya sekitar 5 kilometer. Hal yang menarik, sebagian besar situs-situs di Trowulan dikelilingi oleh kanal-kanal yang saling berpotongan, membentuk sebuah denah segi empat yang luas, dibagi lagi oleh beberapa bidang segi empat yang lebih kecil.
Situs Trowulan berada pada ujung kipas alluvio vulkanic Jatirejo (tanah alluvial yang terbentuk akibat terbawa oleh aliran sungai yang berasal di puncak gunung) yang materi komposisinya berupa batu, pasir, dan tanah yang berasal dari Gunung Welirang dan Anjasmoro. Tanah ini bersifat subur tetapi di musim kering mengalami kekurangan air. Hal ini disebabkan oleh tanah yang tidak biasa menyimpan air hujan. Berdasarkan data tersebut, tidak menutup kemungkinan apabila bekas-bekas kanal di situs Trowulan dahulunya juga difungsikan sebagai sarana irigasi. (Setyawan dkk, 2008:48)
RUJUKAN
Rahardjo, Supratikno. 2011. Peradaban Jawa, Dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir. Jakarta: Komunitas Bambu
Riyanto, Sugeng. 2011. Situs Kota Majapahit dalam Gambar. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta
Setyawan, Rudi F, dkk. 2008. Analisis Situs Kerajaan Majapahit dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis dan Digital Elevation Model. Bandung: PIT MAPIN XVII